Graffiti in u'r Body

Friday, 29 October 2010

Kisah Lahirnya Kurawa

Gambar Destarastra versi Solo, diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/07/19/kisah-lahirnya-kurawa/

Kisah Lahirnya Kurawa

Destarastra (saat istrinya hamil belum menjadi raja bahkan prabu pandu masih hidup) merasa sangat bersedih hati, lebih-lebih isterinya yaitu dewi gendari. kesedihan mereka disebabkan kandungan dewi gendari yang telah mencapai usia tiga tahun lamanya. walau telah mencapai 1000 hari lebih, melampaaui batas kenormalan usia hamil, akan tetapi belum juga ada tanda-tanda akan melahirkan si jabang bayi.

selama mengandung angan-angan dewi gendari tak pernah lepas dari rasa dendam dan sakit hati kepada prabu pandudewanata,a mbisi untuk menumpas keturunan sang pandu sebagai pelampiasand endam sakit hatinya selalu tak pernah lupa diucapkan dalam permohonan doa dewi gendari kepada dewata. aan tetapi saat itu belum juga ada dampak terkabulnya doa permintaan isteri adipati negara hastinapura ini. pagi, siang, sore hingga malamhari, hatinya senantiasa dirundung perasaan resah gelisah; gundah gulana; dan bahkan hampir putus asa, mengingat antara apa yang menjadi cita-cita dendam hatinya, maupun ingat akan kandungannya yang telah melampaui kenormalan itu, sama sekali belum membawa hasil seperti apa yang diharapkannya. pendek kata selama masa kehamilan, dewi gendari tak pernah ada rasa ketentraman di hati puteri yang berasal dari plasajenar ini. apa lagi setelah mengetahui dewi kunti, permaisuri prabu pandu telah melahirkan puteranya yang pertama, y ang diberi nama raden puntadewa atau juga disebut raden wijakangka. bahkan dewi kunti kini telah dan hampir melahirkan puteranya yang kedua. kecemasan serta seribu satu macam perasaan gelisah dan tidak enak terkandung dalam hati dewi gendari ini semakin menjadi-jadi.
ketiada menentuan perasaan hati dewi gendari yang sedang berbadan dua itu, mengakibatkan tubuhnya terasa gerah dan tidak betah tinggal dalam bangsal kaputren,. dewi gendari kemudian melangkahkan kakinya, dengan langkah-langkah gontai menuruni tangga pualam di bangsalnya menulusuri jlan setapak diantara hijaunya rerumputan, menuju ke tamans ari kerajaan hastinapura yang luas dan asri, diikuti oleh empat orang emban sebagai abdi pengiringnya. kala itu surya telah condong ke barat, saat dewi beserta empat orang abdinya menulusuri jalan setapak yang terbuat dari pualam, diantara semerbak harum aneka bunga, serta rimbunnya pohon buah-buahan yang menghiasi taman kerajaan, gerbang-gerbang sebagai batas bagian-bagian taman yang luas itu telah dilewati dewi gendari, pandangan matanya yang sayu lurus memandang ke depan seakan-akn tak peduli dengan segala keindahan taman di sekelilingnya. tak lama kemudian dewi gendari telah melalui gerbang taman yang ke tujuh dan merupakan bagian taman yang tekrahir. dalam bagian taman ini berisi aneka macam binatang buas maupun jinak serta beragam unggas sebaga hiasannya, tak ubahnya seperti isi kebun binatang layaknya namun tampat terawat bersih dan rapi. di tengah petamanan margasatwa ini terdapat sebuah kolam besar yang terbuat dari batu pualam dengan dihiasi kelompok bunga teratai nan mekar dengan indahnya. ikan-ikan yang berwarna-warni berlari berpasangan berkejar-kejaran d bawah warna biru jernihnya air. tanpa sepengetahuan dewi gendari bahwa kedatangannya di taman satwa itu, telah membuat seluruh binatang buas yang ada di taman menjadi beringas, sementara binatang yang jinak serta unggas seperti gelisah dan ketakutan,semua ini merupakan firasat buruk.
Gambar ilustrasi Dewi Gendari, diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/07/19/kisah-lahirnya-kurawa/

hembusan angin keras membuyarkan lamunan dewi gendari, mengetahui cuaca buru, dew gendari mengajak para emban kembali ke kaputren. Langkah dewi gendari semakin dipercepat karena renai gerimis telah mulai turun, tiba tiba saja dewi gendari yang sedang mengandung ini tersentak kaget saat mendengar suara harimau mengaum begitu keras. karena rasa kaget yang teramat sangat tubuh dewi gendari gemetar, wajauh pucat, tak terasa dewi gendari telah melahirkan di tempat di mana ia berdiri, yaitu bebrapa jengkal sebelum mencapai gerbang kaputren tempat tinggalnya. dewi gendari bukan melahirkan bayi sehat dan mungil, melainkan adalah segumpal daging yang bercampur darah mengental, berwarna mrah kehitam-hitaman, daging yang baru lahir dari rahim dewi gendari itu bergerak-gerak serta berdenyut-denyut seakan-akan bernyawa. setelah melihat dan mengetahui hal ini, bukan main marah dewi gendari, karena emosinya gumpalan daging itu diinjak injah hingga terpecah belah, lalu ditendang-tendang dengan kakinya ke arah yagn tak menentu, pcahans erta serpihan daging yang dilahirkan dewi gendari tercerai berai berserakan di atas rerumputan taman. dewi gendari merasa emosi, geram dan marah setelah itu iapun menjerit mengangis histeris lalu pingsan, lalu dibawa masuk ke kaputren tempat kediamannya. anehnya, setiap serpihan daging yang berserakan itu besar atau kecil tetap berdenyut dan bergerak-gerak.
Begawan Abiyasa versi Solo, gambar diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/07/19/kisah-lahirnya-kurawa/

atas nasehat begawan abiyasa yang telah datang secara gaib dari pertapaannya, meminta agar adipati destarasta memerintahkan para badinya untuk menutupi setiap serpihand aging itu dengan daun ajti. dengan was-was serta perasaan takut yang tertahan, maka para emban serta beberapa orang prajurit pengajaga taman melaksanakan tugas ya ng diperintahkan adipatadi destarasta, menutupi serpihan daging itu dengan daun jati, jumlahnya mencapai 99 keping. bersamaan dengan kejadian itu, suasana taman di hastinapura berubah menjadi sangat menyeramkan, binatang buas mengeluarkan suaranya, disusul dengan lolongan anjing hutan yang berkepanjangan bersahutan, burung hantu, kelelawar, burung gagak serta binatang malam lainnya. binatang-binatang yang lelolong tak kunjung berhenti, suasana seram dan menakutkan meliputi hastinapura, banyak para emban dan prajurit penjaga malam ketakuan, wajahnya pucat, badannya menggigil, merinding bulu romanya. dewi gendari yang telah siuman dari pingsannya turun dari tempat peraduannya menuju tempat pemujaan, ia memohon kepada dewa,a gar cita-citanya untuk berputera banyak, bisa terkabul. tiba-tiba saja batari durga muncul secara gaib dan memberitahukan, apabila lewat tengah malam mendengar tangisan bayi di taman, dewi gendari agar cepat-cepat menghampiri bayi tsb, karena itu adalah puteranya. setelah memberikan pesan batari durgapun menghilang dari hadapan dewi gendari secara gaib, kembali ke kahyangan di wukir pidikan.
(Artikel ini diambil dari http://wayang.wordpress.com/2010/07/19/kisah-lahirnya-kurawa/).

0 comments:

Post a Comment

Graffiti in u'r Body