SAYA BUKAN OKNUM SEBELAH SAYALAH OKNUMNYA
Banyak fenomena yang sangat spektakuler di jaman yang namanya kontemporer ini termasuk kalangan petinggi – petinggi negeri (indonesia ku) akhir – akhir ini. Kasus – kasus nan lucu dan menggemaskan mulai terkuak. Perampokan uang negara (korupsi) besar – besaran, kasus sindikat suap di segala lini, mafia hukum, penyalahgunaan kekuasaan dan lain sebagainya semakin seru untuk disimak dan di tonton.
Namun yang menarik dari semua itu adalah ini bagaikan sebuah cerita sandiwara sirkus (parodi indonesia), dimana setiap pemainnya menyuguhkan karakter lucu, pintar sekaligus bodoh dan kejam. Layak ditertawakan memang oleh masyarakat, namun juga kita disisni prihatin dan sedih kadang malah geram dengan ulah para dia dan mereka disana yang saling tudingdan tuduh bahwa yang bersalah adalah orang lain, padahal sebenarnya merekalah juga yang seharusnya dipersalahkan.
Dalam pemahaman saya sebagai seorang perupa kejadian tersebut diatas menjadi sebuah moment estetis yang sangat menggairahkan untuk dijadikan kedalam sebuah karya yang (seharusnya) sensasional, berkali – kali berita tersebut saya lihat dan saya dengar dari berbagai media informasi yang ada di negeriku indonesia ini. Dan rasanya ingin berkali – kali juga saya merespon dan menuangkan ide dan gagasan tentang berita bodoh tersebut kedalam berbagai ekspresi. Alhasil lukisan dengan judul Saya Bukan Oknum Sebelah Sayalah Oknumnya adalah akumulasi dari semua itu.
Dengan tidak bermaksud menyinggung atau menghina pihak manapun disini termasuk para dewan juri yang terhormat, kawan – kawan pejabat tinggi negara yang dicintai, sipir penjara, para pelukis sekarang yang kuran gsensitive terhadap fenomena – fenomena bangsa dan negara sendiri. Karya saya tersebut adalah karya yang original bertujuan untuk mengintrospeksi diri sendiri dan harapannya juga bisa menyentil......dengan bahasavisual yang saya hadirkan.
Artikel ini diambil dari http://www.jakartaartawards.com/index.php?mib=lukisan.profile&id=117
0 comments:
Post a Comment